Triastuti bekerja sebagai sekretaris pada suatu group perusahaan besar di Jakarta. Kantornya terletak di bilangan daerah kelas satu, yaitu di jalan Jenderal Sudirman, di sebuah gedung bertingkat. Perusahaan tempat Tri bekerja, memakai 3 lantai penuh yaitu lantai 24, 25 dan 26 dari gedung tersebut. Ketiga lantai tersebut dihubungi dengan tangga khusus yang sengaja dibuat di bagian dalam dari perkantoran tersebut, untuk memudahkan hubungan antar perusahaan di group tersebut, tanpa mempergunakan lift. Kantor Tri terletak di lantai 25, dan ruangan tempat Tri bekerja terletak agak berdekatan dengan tangga penghubung ke lantai 24 dan 26.
Di tempat perusahaan-perusahaan lain dalam satu group, terdapat beberapa orang asing yang bekerja sebagai tenaga ahli dan kebanyakan mereka berkantor di lantai 26. Mereka ada yang berasal dari Philipina dan ada juga dari India serta Pakistan.
Sudah menjadi kebiasaan di kantor Tri di lantai 25, apabila setiap jam istirahat, yaitu dari jam 12 sampai jam 2 siang, maka para karyawan termasuk para pimpinan perusahaan keluar makan siang sehingga suasana di lantai 25 sangat sepi, hanya ditunggui oleh satpam yang duduk di depan pintu luar dekat lift, sambil juga bertindak sebagai operator sementara setiap jam istirahat. Akan tetapi sudah menjadi kebiasaan sejak Tri mulai bekerja di kantor tersebut 4 bulan lalu, Tri lebih sering istirahat sambil makan makanan yang dibawa dari rumahnya, di ruang kerjanya sendirian. Hal ini rupanya sudah sejak lama diperhatikan oleh Mr. Gulam Singh, salah seorang tenaga ahli berasal dari India, yang bekerja di lantai 26. Mr. Gulam sering turun melalui tangga apabila dia pergi ke bagian pemasaran yang terletak di ruangan sebelah barat di lantai 25, sedangkan ruangan tempat Tri bekerja dan tangga penghubung terletak di ujung sebelah Timur lantai 25. Mr. Gulam sangat tertarik melihat Tri, karena Tri yang berumur 28 tahun, adalah seorang gadis Jawa, yang sangat cantik.
Dapat digambarkan sosok Triastuti adalah gadis bertampang Jawa, yang sangat cantik dan manis, dengan kulit agak kuning langsat, tinggi badan sekitar 165 cm, potongan muka manis, agak memanjang dengan rambut hitam bergelombang terurai sampai bahu. Badannya tinggi semampai dapat dikatakan kurus dengan berat badan sekitar 47 kg, dadanya agak rata hanya terlihat tonjolan buah dadanya yang kecil, sedangkan pinggangnya amat langsing dengan perut yang rata, pinggulnya serasi dengan pantatnya yang kecil tapi padat. Tungkai pahanya dan kakinya terlihat panjang serasi dengan bentuk badannya. Apabila berjalan badannya terlihat sangat gemulai dan pembawaan Tri terlihat sangat kalem malah dapat dikatakan malu-malu. Mr. Gulam sendiri adalah seorang pria berumur mendekati 40 tahun, bekulit gelap dengan badan tinggi 178 cm dan besar, sedangkan kedua tangannya kekar terlihat berbulu lebat, apalagi pada bagian dada dan kakinya. Kedua pahanya terlihat sangat gempal.
Tri memang agak risih juga terhadap Mr. Gulam, karena setiap kali Mr. Gulam lewat depan ruangannya, Mr. Gulam selalu melirik dan melempar senyum kepada Tri dan kalau kebetulan Tri tidak melihat keluar, maka Mr. Gulam akan mendehem atau membuat gerakan-gerakan yang menimbulkan suara, sehingga Tri akan terpancing untuk melihat keluar. Tri agak ngeri juga melihat tampang Mr. Gulam yang berewokan itu dengan badannya yang gelap dan tinggi besar. Tri telah mempunyai pacar, yang orang Jawa juga dan badan pacarnya agak ceking dan tidak terlalu tinggi, kurang lebih sama tingginya dengan Tri.
Sampai pada suatu hari, pada hari itu Tri ke kantor mengenakan baju terusan mini berwarna coklat muda yang memakai kancing depan dari atas sampai batas perut. Seperti biasa tepat jam 12 siang, para karyawan dan boss di lantai 25 sudah pada keluar kantor, sehingga di lantai 25 hanya tinggal Tri sendiri yang sedang makan siang di ruangannya. Tiba-tiba Mr. Gulam melintas di depan ruangan Tri dan terus menuju ke bagian ruangan sebelah barat. Tapi seluruh lantai 25 ternyata kosong, semua karyawan telah keluar makan siang. Begitu melintas di pintu keluar satu-satunya yang menuju lift, Mr. Gulam memutar kunci pada pintu keluar yang tertutup. Setelah itu Mr. Gulam kembali menuju ke ruangan Tri yang terletak di ujung Timur itu. Secara perlahan-lahan Mr. Gulam mendekati ruangan Tri dan mengintip ke dalam, Tri sedang duduk membelakangi pintu menghadap ke jendela kaca sambil makan.
Secara perlahan-lahan Mr. Gulam masuk ke dalam ruangan kerja Tri dan langsung mengunci pintunya dari dalam. Mendengar suara pintu terkunci Tri menoleh ke belakang dan, tiba-tiba mukanya menjadi pucat. Dia segera berdiri dari tempat duduknya sambil berkata, "Sir, apa-apaan ini, kenapa anda masuk ke ruangan saya dan mengunci pintunya?", tapi Mr. Gulam hanya memandang Tri dengan tersenyum tanpa berkata apa-apa. Tri semakin panik dan berkata, "Harap anda segera keluar atau saya akan berteriak!". Tapi dengan kalem Mr. Gulam berkata, "silakan saja nona manis.., apabila anda mau menimbulkan skandal dan setiap orang di gedung ini akan mempergunjingkan kamu selama-lamanya". Mendengar itu Tri yang pada dasarnya agak pemalu menjadi ngeri juga akan akibatnya apabila ia berteriak. Bagaimana dia akan menaruh mukanya di hadapan teman-temannya sekantor apabila terjadi skandal.
Sementara Tri berada dalam keadaan ragu-ragu, dengan cepat Mr. Gulam berjalan medekat ke arah Tri dan karena ruangan kerja Tri yang sempit itu, begitu Tri akan mundur untuk menghindar, dia langsung kepepet pada meja kerja yang berada di belakangnya. Dengan cepat kedua tangan Mr. Gulam yang penuh dengan bulu tersebut memeluk badan Tri yang ramping dan mendekap Tri ke tubuhnya. Karena badan Tri yang sangat langsing dan dapat dikatakan tinggi kurus itu, lelaki tersebut merasakan seakan-akan memeluk kapas dan sangat ringkih sehingga harus diperlakukan dengan sangat lembut dan hati-hati.
Mr. Gulam memegang kedua lengan bagian atas Tri dekat bahu, sambil mendorong badan Tri hingga tersandar pada meja kerja, kemudian Mr. Gulam mengangkat badan Tri dengan gampang dan sangat hati-hati dan mendudukkannya di atas meja kerja Tri, kemudian kedua tangan Tri diletakan di belakang badan Tri dan dipegang dengan tangan kirinya. Badan Mr. Gulam dirapatkan diantara kedua kaki Tri yang tergantung di tepi meja dan paha Mr. Gulam yang sebelah kiri menekan rapat pada tepi meja sehingga kedua paha Tri terbuka. Tangan kiri Mr. Gulam yang memegang kedua tangan Tri di belakang badan Tri ditekan pada bagian pantat Tri ke depan, sehingga badan Tri yang sedang duduk di tepi meja, terdorong dan kemaluan Tri melekat rapat pada paha sebelah kiri Mr. Gulam yang berdiri menyamping di depan Tri.
Tangan kanan Mr. Gulam yang bebas dengan cepat mulai membuka kancing-kancing depan baju terusan yang dikenakan Tri. Badan Tri hanya bisa menggeliat-geliat, "Jangan..., jangan lakukan itu!, stoooppp..., stoopppp", akan tetapi Mr. Gulam tetap melanjutkan aksinya itu. Sebentar saja baju bagian depan Tri telah terbuka, sehingga kelihatan dadanya yang kecil mungil itu ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya. Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat mulus dan merangsang. Tangan kanan Mr. Gulam bergerak ke belakang badan Tri dan membuka pengait BH Tri. Kemudian Mr. Gulam menarik ke atas BH Tri dan..., sekarang terpampang kedua buah dada Tri yang kecil mungil sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda agak tegang naik turun dengan cepat karena nafas Tri yang tidak teratur. "Oooohh..., ooohh..., jaanggaannn..., jaannnggaann!". Erangan Tri tidak dipedulikan oleh pria tersebut, malah mulut Mr. Gulam mulai mencium belakang telinga Tri dan lidahnya bermain-main di dalam kuping Tri. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Tri menggeliat-geliat dan tak terasa Tri mulai terangsang juga oleh permainan Mr. Gulam ini.
Mulut Mr. Gulam berpindah dan melumat bibir Tri dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulut Tri dan menggelitik-gelitik lidah Tri. "aahh..., hmm..., hhmm", terdengar suara mengguman dari mulut Tri yang tersumbat oleh mulut Mr. Gulam. Badan Tri yang tadinya tegang mulai agak melemas, mulut Mr. Gulam sekarang berpindah dan mulai menjilat-jilat dari dagu Tri turun ke leher, kepala Tri tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arah Mr. Gulam, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arah lelaki India tersebut.
Mr. Gulam langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah payudara Tri, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Tri yang sebelah kanan menjadi sasaran mulut Mr. Gulam. Buah dada Tri yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulut Mr. Gulam yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Lidahnya bermain-main pada puting buah dada Tri yang segera bereaksi menjadi keras. Terasa sesak napas Tri menerima permainan Mr. Gulam yang lihai itu. Badan Tri terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan, "Sssshh..., ssssshh..., aahh..., aahh..., ssshh..., sssshh..., jangaann..., diiteeruussiinn", mulut Mr. Gulam terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan mejilat-jilat kedua puting buah dada Tri secara bergantian selama kurang lebih lima menit.
Badan Tri benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badan Tri tersentak, karena dia merasakan tangan Mr. Gulam mulai mengelus-elus pahanya yang terbuka karena baju mininya telah terangkat sampai pangkal pahanya. Tri mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan untuk mencoba menghindari tangan lelaki tersebut beroperasi di pahanya, akan tetapi karena badan dan kedua tangannya terkunci oleh Mr. Gulam, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang hanya dapat dilakukan oleh Tri adalah hanya mengerang, "Jaanngaannnn..., jaannngggannn..., diitteeerruusiin", akan tetapi suaranya semakin lemah saja.
Melihat kondisi Tri seperti itu, Mr. Gulam yang telah berpengalaman, yakin bahwa gadis ayu ini telah berada dalam genggamannya. Aktivitas tangan Mr. Gulam makin ditingkatkan, terus bermain-main di paha Tri yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan, tiba-tiba jarinya menyentuh bibir kemaluan Tri. Segera badan Tri tersentak dan, "aahh..., jaannggaan!", mula-mula hanya ujung jari telunjuk Mr. Gulam yang mengelus-elus bibir kemaluan Tri yang tertutup CD, akan tetapi tak lama kemudian tangan kanan Mr. Gulam menarik CD Tri dan memaksanya lepas dari pantatnya dan meluncur keluar di antara kedua kaki Tri. Tri tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari perbuatan Mr. Gulam ini. Sekarang Tri dalam posisi duduk di atas meja dengan tidak memakai CD dan kedua buah dadanya terbuka karena BH-nya telah terangkat ke atas. Muka Tri yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar.
Kelihatan perasaan putus asa dan pasrah sedang melanda Tri, disertai dorongan birahinya yang tak terbendung melandanya. Melihat ekspresi muka Tri yang tak berdaya seperti itu, makin membangkitkan nafsu birahi lelaki tersebut. Mr. Gulam melihat ke arah jam yang berada di dinding, pada saat itu baru menunjukan pukul 12.30, berarti dia masih punya waktu kurang lebih satu setengan jam untuk menuntaskan nafsunya itu. Pada saat itu Mr. Gulam sudah yakin bahwa dia telah menguasai situasi, tinggal melakukan tembakan terakhir saja.
Tampa menyia-nyiakan waktu yang ada, Mr. Gulam, dengan tetap mengunci kedua tangan Tri, tangan kanannya mulai membuka kancing dan retsliting celananya, setelah itu dia melepaskan celana yang dikenakannya sekalian dengan CD-nya. Pada saat CD-nya terlepas, maka senjata Mr. Gulam yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan perkasa. Mr. Gulam agak merenggangkan badannya, maka terlihat oleh Tri benda yang sedang mengangguk-angguk itu, badan Tri tiba-tiba menjadi tegang dan mukanya menjadi pucat, kedua matanya terbelalak melihat benda yang terletak diantara kedua paha lelaki India itu. Benda tersebut hitam besar kelihatan gemuk dengan urat yang melingkar, sangat panjang, sampai di atas pusar lelaki tersebut, dengan besarnya kurang lebih 6 cm dan kepalanya berbentuk bulat lonjong seperti pohon jamur. Tak terasa dari mulut Tri terdengar jeritan tertahan, "Iiihh", disertai badannya yang merinding. Tri belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Tri merasa ngeri. "Bisa jebol milikku dimasuki benda itu", gumannya dalam hati. Namun Tri tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Seolah-olah ada pesona tersendiri hingga pandangan matanya seakan-akan terhipnotis, terus tertuju ke benda itu. Mr. Gulam menatap muka Tri yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka itu, "Kau Cantik sekali Tri...", gumam Mr. Gulam mengagumi kecantikan Tri.
Kemudian dengan lembut Mr. Gulam menarik tubuh Tri yang lembut itu, sampai terduduk di pinggir meja dan sekarang Mr. Gulam berdiri menghadap langsung ke arah Tri dan karena yakin bahwa Tri telah dapat ditaklukkannya, tangan kirinya yang memegang kedua tangan Tri, dilepaskannya dan langsung kedua tangannya memegang kedua kaki Tri, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah paha Tri lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkangan Tri yang telah terbuka itu. Nafas laki-laki itu terdengar mendengus-dengus memburu. Biarpun kedua tangannya telah bebas, tapi Tri tidak bisa berbuat apa-apa karena di samping badan Mr. Gulam yang besar, Tri sendiri merasakan badannya amat lemas serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang mengila, apalagi melihat tubuh Mr. Gulam yang besar berbulu dengan kemaluannya yang hitam, besar yang pada ujung kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu.
Sambil memegang kedua paha Tri dan merentangkannya lebar-lebar, Mr. Gulam membenamkan kepalanya di antara kedua paha Tri. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan Tri yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu. Tri hanya bisa memejamkan mata, "Ooohh..., nikmatnya..., ooohh!", Tri menguman dalam hati, mulai bisa menikmatinya, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian. "Ooooohh..., hhmm!", terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya. "Paakkk..., aku tak tahan lagi...!", Tri memelas sambil menggigit bibir.
Sungguh Tri tidak bisa menahan lagi, dia telah diliputi nafsu birahi, perasaannya yang halus, terasa tersiksa antara rasa malu karena telah ditaklukan oleh orang India yang kasar itu dengan gampang dan perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Mr. Gulam yang telah bepengalaman itu. Namun rupanya lelaki India itu tidak peduli, bahkan amat senang melihat Tri sudah mulai merespon atas cumbuannya itu. Tangannya yang melingkari kedua pantat Tri, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Tri dengan sangat bernafsu.
Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Mr. Gulam ini, Tri benar-benar sangat kewalahan dan kemaluannya telah sangat basah kuyup. "Paakkk..., aakkhh..., aakkkhh!", Tri mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepala Mr. Gulam untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambut Mr. Gulam keras-keras. Kini Tri tak peduli lagi akan bayangan pacarnya dan kenyataan bahwa lelaki India itu sebenarnya sedang memperkosanya, perasaan dan pikirannya telah diliputi olen nafsu birahi yang menuntut untuk dituntaskan. Wanita ayu yang lemah lembut ini benar-benar telah ditaklukan oleh permainan laki-laki India yang dapat membangkitkan gairahnya.
Tiba-tiba Mr. Gulam melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Tri yang masih terduduk di tepi meja, ditariknya Tri dari atas meja dan kemudian Mr. Gulam gantian bersandar pada tepi meja dan kedua tangannya menekan bahu Tri ke bawah, sehingga sekarang posisi Tri berjongkok di antara kedua kaki berbulu Mr. Gulam dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Tri sudah tahu apa yang diinginkan Mr. Gulam, namun tanpa sempat berpikir lagi, tangan Mr. Gulam telah meraih belakang kepala Tri dan dibawa mendekati kejantanan Mr. Gulam, yang sungguh luar biasa itu.
Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Tri, kepala penis Mr. Gulam telah terjepit di antara kedua bibir mungil Tri, yang dengan terpaksa dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Tri mulai mengulum alat vital Mr. Gulam ke dalam mulutnya, hingga membuat lelaki India itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Tri yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar. Tri hampir sesak nafas dibuatnya. Kelihatan Tri bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah Tri menyapu kepalanya.
Beberapa saat kemudian Mr. Gulam melepaskan diri, ia mengangkat badan Tri yang terasa sangat ringan itu dan membaringkan di atas meja dengan pantat Tri terletak di tepi meja, kaki kiri Tri diangkatnya agak melebar ke samping, di pinggir pinggang lelaki tersebut. Kemudian Mr. Gulam mulai berusaha memasuki tubuh Tri. Tangan kanan Mr. Gulam menggenggam batang penisnya yang besar itu dan kepala penisnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada clitoris dan bibir kemaluan Tri, hingga Tri merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Mr. Gulam terus berusaha menekan senjatanya ke dalam kemaluan Tri yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran penis Mr. Gulam yang besar itu.
Pelahan-lahan kepala penis Mr. Gulam itu menerobos masuk membelah bibir kemaluan Tri. Ketika kepala penis lelaki India itu menempel pada bibir kemaluannya, Tri merasa kaget ketika menyadari saluran vaginanya ternyata panas dan basah. Ia berusaha memahami kondisi itu, namun semua pikirannya segera lenyap, ketika lelaki itu memainkan kepala penisnya pada bibir kemaluannya yang menimbulkan suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Dalam keadaan Tri yang sedang gamang dan gelisah itu, dengan kasar Mr. Gulam tiba-tiba menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Tri, rambut lebat pada pangkal penis lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Tri yang makin membuatnya kegelian, sedangkan seluruh batang penisnya amblas ke dalam liang vagina Tri. Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Tri terdengar jeritan halus tertahan, "Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh", disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Tri mencengkeram dengan kuat pinggang Mr. Gulam. Perasaan sensasi luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diri Tri, hingga badannya mengejang beberapa detik.
Mr. Gulam cukup mengerti keadaan Tri, ketika dia selesai memasukkan seluruh batang penisnya, dia memberi kesempatan kemaluan Tri untuk bisa menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Tri mulai bisa menguasai diri. Beberapa saat kemudian Mr. Gulam mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul lelaki India itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Tri berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penis lelaki tersebut pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Tri mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah gelap lelaki India yang sedang menatapnya, dengan takjub. Tri berusaha bernafas dan aE|:" "Paak..., aahh..., ooohh..., ssshh", sementara pria tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Tri sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Mr. Gulam menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya, sungguh membuat Tri melayang-layang dalam sensasi kenikmatan yang belum pernah dia alami. Setiap kali Mr. Gulam menarik penisnya keluar, Tri merasa seakan-akan sebagian dari badannya turut terbawa keluar dari tubuhnya dan pada gilirannya Mr. Gulam menekan masuk penisnya ke dalam vagina Tri, maka klitoris Tri terjepit pada batang penis Mr. Gulam dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penis Mr. Gulam yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Tri menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Lelaki tersebut terus menyetubuhi Tri dengan cara itu. Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian dada Tri dan meremas-remas kedua payudara Tri secara bergantian. Tri dapat merasakan puting susunya sudah sangat mengeras, runcing dan kaku. Tri bisa melihat bagaimana batang penis yang hitam besar dari lelaki India itu keluar masuk ke dalam liang kemaluannya yang sempit. Tri selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalamnya. Kemaluannya hampir tidak dapat menampung ukuran penis Mr. Gulam yang super besar itu. Tri menghitung-hitung detik-detik yang berlalu, ia berharap lelaki India itu segera mencapai klimaksnya, namun harapannya itu tak kunjung terjadi. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuat lelaki itu segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi Mr. Gulam terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Lalu tiba-tiba Tri merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan ketika bersetubuh dengan pacarnya, rasanya seperti ada kekuatan dahsyat pelan-pelan bangkit di dalamnya, perasaan yang tidak diingininya, tidak dikenalnya, keinginan untuk membuat dirinya meledak dalam kenikmatan. Tri merasa dirinya seperti mulai tenggelam dalam genangan air, dengan gleiser di dalam vaginanya yang siap untuk membuncah setinggi-tingginya. Saat itu dia tahu dengan pasti, ia akan kehilangan kontrol, ia akan mengalami orgasme yang luar biasa dahsyatnya. Ia ingin menangis karena tidak ingin itu terjadi dalam suatu persetubuhan yang sebenarnya ia tidak rela, yang merupakan suatu perkosaan itu. Ia yakin sebentar lagi ia akan ditaklukan secara total oleh monster India itu. Jari-jarinya dengan keras mencengkeram tepi meja, ia menggigit bibirnya, memohon akal sehatnya yang sudah kacau balau untuk mengambil alih dan tidak membiarkan vaginanya menyerah dalam suatu penyerahan total.
Tri berusaha untuk tidak menanggapi lagi. Ia memiringkan kepalanya, berjuang untuk tidak memikirkan percumbuan lelaki tersebut yang luar biasa. Akan tetapi..., tidak bisa, ini terlalu nikmat..., proses menuju klimaks rasanya tidak dapat terbendung lagi. Orgasmenya tinggal beberapa detik lagi, dengan sisa-sisa kesadaran yang ada Tri masih mencoba mengingatkan dirinya bahwa ini adalah suatu pemerkosaan yang brutal yang sedang dialaminya dan tak pantas kalau dia turut menikmatinya, akan tetapi bagian dalam vaginanya menghianatinya dengan mengirimkan signal-signal yang sama sekali berlawanan dengan keinginannya itu, Tri merasa sangat tersiksa karena harus menahan diri.
Akhirnya sesuatu melintas pada pikirannya, buat apa menahan diri?, Supaya membuat laki-laki ini puas atau menang?, persetan, akhirnya Tri membiarkan diri terbuai dan larut dalam tuntutan badannya dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, "Ooooh..., ooooooh..., aahhmm..., ssstthh!". Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan..., akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Tri terkulai lemas tak berdaya di atas meja dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penis hitam besar Mr. Gulam tetap terjepit di dalam liang vaginanya.
Selama proses orgasme yang dialami Tri ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan oleh Mr. Gulam, dimana penisnya yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Tri dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisnya serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisnya, terlebih-lebih pada bagian kepala penisnya setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Tri, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaan Mr. Gulam seakan-akan menggila melihat Tri yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnya yang hitam besar itu.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Mr. Gulam membalik tubuh Tri yang telah lemas itu hingga sekarang Tri setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arah Mr. Gulam. Mr. Gulam ingin melakukan doggy style rupanya. Tangan lelaki India itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Tri yang kini menggantung ke bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan lelaki tersebut menggosok-gosok kepala penisnya yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Tri pada permukaan lubang anus Tri yang menimbulkan suatu sentakan kejutan pada seluruh badan Tri, kemudian menempatkan kepala penisnya pada bibir kemaluan Tri dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala penis tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Tri. Kedua tangan Mr. Gulam memegang pinggul Tri dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Tri tidak terletak pada meja lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja. Kedua kaki Tri dikaitkan pada paha laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut menarik pinggul Tri ke arahnya, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Tri, "Oooooooh!", penis laki-laki tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Mr. Gulam terus menekan pantatnya sehingga perutnya yang bebulu lebat itu menempel ketat pada pantat Tri yang setengah terangkat. Selanjutnya dengan ganasnya Mr. Gulam memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutnya mendesis-desis keenakan merasakan penisnya terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Tri yang ketat itu. Sebagai seorang wanita Jawa yang setiap hari minum jamu, Tri memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini Tri kewalahan menghadapi Mr. Gulam yang ganas dan kuat itu. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia melakukan aktivitasnya dengan tempo permainan yang masih tetap tinggi dan semangat tetap menggebu-gebu.
Kemudian Mr. Gulam merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Tri ditariknya duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuan Mr. Gulam. Mr. Gulam menempatkan penisnya pada bibir kemaluan Tri dan mendorongnya sehingga kepala penisnya masuk terjepit dalam liang kewanitaan Tri, sedangkan tangan kiri Mr. Gulam memeluk pinggul Tri dan menariknya merapat pada badannya, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penis Mr. Gulam menerobos masuk ke dalam kemaluan Tri. Tangan kanan Mr. Gulam memeluk punggung Tri dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Tri melekat pada badan Mr. Gulam. Kedua buah dada Tri terjepit pada dada Mr. Gulam yang berambut lebat itu dan menimbulkan perasaan geli yang amat sangat pada kedua puting susunya setiap kali bergesekan dengan rambut dada Mr. Gulam. Kepala Tri tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulut Mr. Gulam bisa melumat bibir Tri yang agak basah terbuka itu.
Tri mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penis yang besar itu seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Tri merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus..., terus..., Tri tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Tri tak peduli lagi, "Aaduuuh..., eeeehm", Tri memekik lirih sambil menjambak rambut laki-laki yang memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuan Mr. Gulam. Sungguh hebat rasa kenikmatan orgasme kedua yang melanda dirinya. Sungguh ironi memang, gadis ayu yang lemah gemulai itu mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan kekasihnya, akan tetapi dengan orang asing yang sedang memperkosanya.
Kemudian kembali laki-laki itu menggendong dan meletakkan Tri di atas meja dengan pantat Tri terletak pada tepi meja dan kedua kakinya terjulur ke lantai. Mr. Gulam mengambil posisi diantara kedua paha Tri yang ditariknya mengangkang, dan dengan tangan kanannya menuntun penisnya ke dalam lubang vagina Tri yang telah siap di depannya. Laki-laki itu mendorong penisnya masuk ke dalam dan menekan badannya setengah menindih tubuh Tri yang telah pasrah oleh kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh lelaki tersebut. Mr. Gulam memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Tri yang terkapar lemas di atas meja.
Sementara lelaki India itu terus berpacu diantara kedua paha Tri, badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penis lelaki tersebut. Tri benar-benar telah KO dan dibuat permainan sesukanya oleh si India yang perkasa itu. Tri kini benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Lelaki itu melihat ke arah jam yang terletak di dinding ruangan kerja tersebut, jam telah menunjukan pukul 13.40, berarti telah 1 jam 40 menit dia menggarap gadis ayu tersebut dan sekarang dia merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisnya yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisnya.
Lelaki tersebut mengeram panjang dengan suara tertahan, "Agh..., terus", dan disertai dengan suatu dorongan kuat, pinggulnya menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirnya menempel ketat pada lubang anus Tri dan batang penisnya yang besar dan panjang itu terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Tri. Dengan suatu lenguhan panjang, "Sssh..., ooooh!", sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, lelaki India tersebut merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Tri. Ada kurang lebih lima detik lelaki tersebut tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhnya bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Tri yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat lelaki tersebut yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya. Tubuh lelaki India itu bergetar hebat di atas tubuh gadis ayu itu.
Setelah kurang lebih 3 menit keduanya memasuki masa tenang dengan posisi tersebut, secara perlahan-lahan Mr. Gulam bangun dari atas badan Tri, mengambil tissue yang berada di samping meja kerja dan mulai membersihkan ceceran air maninya yang mengalir keluar dari bibir kemaluan Tri. Setelah bersih Mr. Gulam menarik tubuh Tri yang masih terkapar lemas di atas meja untuk berdiri dan memasang kembali kancing-kancing bajunya yang terbuka. Setelah merapikan baju dan celananya, Mr. Gulam menarik badan Tri dengan lembut ke arahnya dan memeluk dengan mesra sambil berbisk ke telinga Tri, "Maafkan saya manis..., terima kasih atas apa yang telah kau berikan tadi, biarpun kudapat itu dengan sedikit paksaan!", kemudian dengan cepat Mr. Gulam Singh keluar dari ruangan kerja Tri dan membuka pintu keluar yang tadinya dikunci, setelah itu cepat-cepat kembali ke lantai 26. Jam menunjukan 13.55.
Sepeninggalan Mr. Gulam, Tri terduduk lemas di kursinya, seakan-akan tidak percaya atas kejadian yang baru saja dialaminya. Seluruh badannya terasa lemas tak bertenaga, terbesit perasaan malu dalam dirinya, karena dalam hati kecilnya dia mengakui turut merasakan suatu kenikmatan yang belum pernah dialami serta dibayangkannya. Kini hal yang diimpikannya benar-benar menjadi kenyataan. Dalam pikirannya timbul pertanyaan apakah bisa? sepuas tadi bila dia berhubungan dengan pacarnya, setelah mengalami persetubuhan yang sensasional itu.