Ceritaku bermula saat liburan kenaikan kelas 3 kemarin, yaitu saat aku pulang kampung ke kota kelahiranku, Yogya. Di sana aku bertemu dengan kawan lamaku yang bersekolah di sana, sebut saja namanya Kresna. Dua tahun tak bertemu ternyata membuatnya banyak berubah. Kresna yang dulu orangnya brengsek, sekarang menjadi terlihat menjadi lebih sopan dan ramah sama teman-teman. Waktu kutanya salah seorang sahabatku yang pernah dekat denganku dan kebetulan dia satu sekolah dengan Kresna, dia berkata kalau Kresna memang sudah berubah sejak dia ditinggal cerai orang tuanya. Berhubung dulunya aku pernah naksir sama Kresna, yah… soalnya dia lumayan cakep untuk ukuran cowok, maka aku mencoba untuk mendekatinya lagi, itung-itung kan kesempatan. Maka saat dia sedang duduk sendiri pada salah satu acara reuni yang diadakan di rumah temanku, Mira,aku mencoba ngobrol banyak dengan Kresna mulai dari cerita semasa SMP sampai soal “apa yang telah membuat dia banyak berubah.” Eh… ternyata dianya terbuka sekali sama aku, terus terang aku juga kaget saat mendengar cerita tentang keluarganya yang sungguh amburadul. Kresna juga bercerita kalau selama ini yang bisa menghiburnya cuma teman-temannya.
Malam itu, seusai acara reuni di rumah Mira, aku minta pulang diantar Kresna dan dianya tidak menolak. Aku seneng sekali, ternyata ada juga yang mau memperhatikanku.
Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju kamar tidurku di kamar depan. Aku suka kamar itu karena letaknya di sebelah kamar tamu dan dari situ aku bisa melihat pintu gerbang, soalnya aku selalu ingin tahu siapa saja yang datang. Tapi saat itu aku benar-benar berharap kalau Kresna yang datang di malam minggu dan mengajakku jalan-jalan naik motor sport-nya, dan cat kuningnya itu seperti warna kesukaanku.
Kudengar telepon kamarku berdering dan kuangkat, “Hallo? Siapa ya?” begitu biasa kusapa lawan bicaraku di telepon. Dari seberang sana kudengar suara seorang cowok yang sepertinya masih asing bagiku, “Hallo. Ini Kresna, kamu Sita kan?” Begitu kudengar kalau Kresna yang telepon rasanya aku seakan melayang. Sueeerrr dah.. Aku masih bingung kok dia tahu nomor teleponku dan aku pun menanyakannya. Dia mengaku tahu nomerku dari temannya, tapi dia tidak mau memberi tahu siapa. Tanpa ba..bi..bu dia langsung mengajakku jalan-jalan malam minggu berikutnya. Entah kenapa aku langsung mau tanpa berpikir panjang.
Singkat cerita, malam minggu berikutnya Kresna menjemputku jam 7 tepat sesuai janjinya. Kami langsung berputa-putar kota dengan motor NSRR-nya yang berwarna kuning tua itu. Saat memboncengnya itulah kuberanikan diri untuk bersandar pada punggungnya yang bidang. Bahunya yang tampak kekar sungguh membuat hatiku sangat berdebar-debar, belum lagi lengannya yang kekar yang tampak jelas karena ia saat itu hanya mengenakan kaos ketat dengan lengan pendek.
Setelah dinner di angkringan, dia mengajakku untuk ke tempat kost temannya, dan herannya aku manut saja tanpa curiga apa-apa. Di kamar kost temannya itu, dia menawariku secangkir teh hangat. Biar tidak kedinginan, katanya. Pertama sich aku menolak, tapi akhirnya mau aja, soalnya tidak enak karena dia sudah capek-capek masak air buat bikinin aku teh.
Baru kuminum tiga perempatnya, kepalaku langsung puyeng nggak karuan. Aku langsung ingin protes pada Kresna, tapi aku sudah nggak kuat ngomong, apalagi gerak. Akhirnya aku langsung tidak ingat apa-apa lagi. Begitu aku bisa membuka mata lagi, aku sudah dalam posisi terikat di ranjang besi. Kedua tangan dan kedua kaki terikat dengan tali plastik pada keempat sudut ranjang. Aku ingin berteriak, tapi kepalaku masih puyeng dan mulutku juga sudah disumpal kain. Aku benar-benar tidak mengira akan begini jadinya, Kresna yang selama ini kuanggap cowok baik ternyata cuma menginginkan tubuhku saja.
Dengan tenang Kresna mengeluarkan sebilah cutter dari sakunya dan langsung digunakannya untuk merobek bagian depan bajuku. Dengan wajah tanpa dosa, langsung ditariknya kaosku hingga lepas. Aduh, Mak Nyak!! Ternyata dia seorang pemerkosa yang cukup profesional. Sungguh aku terkejut mengetahui hal ini. Dengan malu-malu aku pura-pura tertidur lagi, tapi ternyata dia lebih cerdik. Dia menggelitikiku dengan cutternya sehingga aku merasa sakit. Namun lama-lama aku pun menjadi tidak tahan ketika Kresna meremas kedua payudaraku dengan kakinya. Saat aku baru mencapai puncaknya, tiba-tiba aku mencium sesuatu yang bau dari kakinya. Terus terang aku merasa terganggu namun karena mulutku disumbat maka aku pun diam saja. Kulihat dia sadar akan kekurangannya itu dan segera keluar untuk mencuci kaki.
Setelah masuk kamar, dia melepas kaos oblong dan celana jeansnya, menyisakan celana dalam Hings yang sudah bolong di sana-sini. Dengan cutternya ia berusaha memutuskan tali braku tapi rupanya cutter saja tak cukup kuat, sehingga ia mengambil gunting rumput besar dari laci meja lalu mencoba menggunakannya untuk memutuskan tali braku, tapi tetap tali itu belum mau putus. Setelah lama mencoba, ia pun menyerah lalu ia pun membukanya dengan cara biasa.
Setelah bra-ku terlepas dan buah dadaku telanjang, Kresna langsung diam tak berkedip dan kulihat ia pun mulai mimisan. Tapi dia tidak menyadarinya, sehingga dia tetap nekat menempelkan wajahnya di tengah-tengah payudaraku, dia mulai melancarkan beberapa gigitan kecil pada puting payudaraku. Aku tak mampu menahan geli dan rasa nikmat yang bersamaan, sehingga aku menahan tawa dan desah secara bergantian. Melihat hal itu dia bukannya kasihan tapi malah semakin bersemangat melancarkan serangan-serangan berikutnya.
Kulihat ia semakin tidak sabar melakukan penetrasi terhadapku, kelihatan dari caranya membuka reitsleting celanaku dengan tergesa-gesa. Setelah berhasil, ia justru semakin bingung karena di balik celanaku telah terpasang celana dalam kulit yang dilengkapi dengan kode pengaman. Celana itu sebenarnya adalah Pengaman Anti Pemerkosaan milik kakak perempuanku. Kakak perempuanku baru saja membelinya siang tadi sehingga belum menyetel nomer sandinya, masih 000. Tanpa pikir panjang Kresna mencoba menariknya, tapi gagal. Ia mencoba memotongnya dengan cutter, gagal. Ia mencoba memotong dengan gunting rumput, gagal. Dengan bermandi keringat, ia mengenakan celana panjangnya lalu keluar kamar.
Sesaat kemudian ia kembali dengan seorang temannya yang membawa sebuah gergaji. Ia lalu mencoba memutuskan pengamanku dengan gergaji kayu itu, tapi tetap gagal. Aku hanya berdoa semoga mereka segera menyerah, tapi temen Kresna malah iseng memencet tombol pembuka. Karuan saja kuncinya yang masih terpasang 000 langsung terbuka. Hal itu membuatku semakin pasrah dan sebaliknya,mereka ketawa senang sampai berjingkrak-jingkrak segala.
Melihat kemaluanku yang begitu terawat, Kresna dan temannya saling berebut untuk menjamahnya duluan. Maka setelah “suit” ternyata Kresna yang menang dan temannya itu menunggu di luar. Aku masih bisa melihat “konaknya” Kresna yang sudah tidak tertahankan lagi. Entah liat dari film BF atau dari mana dia mulai menjilati kemaluanku, dan aku mulai tidak tahan sehingga kakiku mulai menendang-nendang dengan buas hingga ranjang yang kami tempati mulai bergoyang kesana kemari. Namun dia tetap kalem dan tidak merasa terganggu atas tingkahku tadi. Sebentar-sebentar dia melihat wajahku dan karena itulah secara tak sengaja dia menggigit bulu kemaluanku sehingga menyelip diantara giginya. Kulihat dia cukup kerepotan untuk mengambil dengan kukunya, maka dia mulai mencari tusuk gigi dan akhirnya berhasil juga bulu itu keluar dari sela giginya.
Setelah menurutnya pemanasannya cukup, ia melepas celana dalamnya, memperlihatkan penis yang kurus panjang dengan bulu lebat yang disemir pirang dan dikepang dua. Tanpa aba-aba dia langsung mendorongkan burungnya itu dengan susah payah, tapi aku bahkan tak merasa apa pun. Namun demikian, Kresna masih tampak bersemangat menggerakkan pantatnya maju-mundur. Ketika ia melihat ke bawah, ia terkejut karena ia ternyata salah memasukkan burungnya ke dalam lubang di kasur. Ia pun buru-buru menariknya keluar dengan susah payah, lalu langsung mengarahkannya ke sasaran yang tepat, kemaluanku. Dengan sekali hujam, penisnya langsung menembus selaput darakuhingga terasa darah mengalir di kemaluanku. Melihat aku masih perawan, Kresna semakinbersemangat menggerakkan pinggulnya. Hanya selang semenit kemudian ia sudah merem melek, lalu terasa cairan hangat menyembur dalam liang wanitaku. Entah kenapa secepat itu, mungkin terlalu lama pemanasan dengan kasur.
Kulihat Kresna bergegas memakai bajunya dan tak lupa celana dalam serta celana jeansnya, setelah itu dia keluar dari kamar. Dari dalam kamar aku bisa mendengar suara beberapa orang berbicara, aku masih takut dan kesakitan atas apa yang baru saja kualami tadi bersama Kresna, aku cuma bisa berharap semoga kejadian tadi tidak terjadi lagi padaku, namun entah mengapa aku masih merasa nafsu seksku kurang terpuaskan.
Tiba-tiba pintu dibuka dan masuklah teman Kresna yang meminjamkan gergaji kayu tadi, namunitu pun belum cukup karena di belakangnya masih berdiri beberapa oarang lagi. Kemudianaku mulai menghitungnya, satu.. dua… tiga… dan ya ampun!, ternyata ada tujuh termasuk teman Kresna yang tadi. Ternyata mereka lebih tahu apa yang harus dilakukan terhadap cewek sepertiku. Mereka mulai bertelanjang bulat dan pakaiannya berhamburan di mana-mana. Kamar itu menjadi mulai panas sehingga keringatku semakin banyak menetes. Salah seorang diantaranya membuka sumbat mulutku, namun segera menyumbatku lagi dengan batang kemaluannya yang cukup besar hingga aku menjadi tersedak. Aku merasakan ada yang bergerak di dalam kemaluanku, ternyata ada yang memasukkan batang kemaluannya juga di kemaluanku itu. Sepasang payudaraku juga tidak terlewatkan oleh mereka, ada yang mengulum sebelah kiri dan ada yang memainkan lidahnya di puting payudara kananku. Ada seorang yang melepaskan ikatan kakiku dan aku senang sekali. Ternyata aku terlalu cepat senang karena ternyata dia ingin memasukkan penisnya ke dalam anusku, dan yang masih menunggu giliran mencoba untuk menggerayangi tubuhku sambil mencoba mengocok batang kemaluannya sendiri.
Dengan penuh nafsu berahi, mereka bertujuh bergantian memasukkan kemaluan mereka yang beraneka bentuk dan ukuran ke penjuru lubang di tubuhku, mulai dari kemaluan, anus, mulut bahkan sampai pusar dan telingaku pun sempat tersembur sperma mereka.
Setelah bertarung beberapa ronde akhirnya mereka pun satu persatu jatuh tertidur di samping ranjang dengan rasa lelah namun puas. Setelah hari hampir menjelang pagi, Kresna masuk kembali ke kamar lalu dengan tenangnya membersihkan tubuhku, melepaskan ikatanku lalu membantuku memakai pakaianku. Lagi-lagi aku manut saja padanya, kali ini karena shock dan rasa sakit yang menyerangku. Setelah itu ia mengantarku pulang, dan di depan rumahku tak lupa ia memberi ciuman perpisahan yang mesra di pipi dan keningku.
Sekarang aku sudah kembali bersekolah di asrama ini sebagai siswi yang rajin dan baik, tanpa seorangpun tahu pengalamanku ini.