Cerita Sedarah : NENEK.. OH NENEKKUUsiaku menginjak 16 tahun ketika nenek tinggal di rumahku. Semenjak kakek meninggal beberapa tahun yang lalu nenek tinggal sendirian di rumah besarnya ditemani beberapa pembantu dan pengurus rumah. Namun setelah nenek mengalami gangguan pada daya ingatnya (pikun), orang tuaku memutuskan untuk membawa nenek ke rumah karena selalu khawatir kalau ditunggui oleh orang lain di tempat terpisah. Karena pikunnya sudah berat, orang tuaku berpesan kepada kami agar menjaga nenek ekstra hati-hati, meskipun kita sudah menyediakan seorang suster.
Usia nenek kira-kira 60 tahun, tapi kondisinya tidak seperti kebanyakan manula, nenek pandai merawat diri karena beliau dulunya isteri seorang pejabat tinggi. Badannya langsing dan masih kelihatan segar, meskipun tidak mirip, boleh dikatakan tipenya Titiek Puspa lah. Sudah tentu waktu mudanya nenek cantik sekali, seperti yang saya lihat di foto-fotonya.
Penyakit nenek yang paling parah adalah kondisinya yang pikun, sampai-sampai tidak mengenali kita semuanya. Kesenangannya, setiap hari cerita tentang masa-masa lalu seolah-olah dia sedang terlibat pembicaraan dengan orang dulu yang dikenalnya. Untungnya secara fisik masih sehat walafiat. Dia masih bisa mengurusi dirinya sehari-hari. Masalah paling berat adalah harus mengawasi dia sepanjang waktu, seperti mengawasi balita.
Nenek adalah orang yang perfeksionis dalam hal penampilanya. Kelihatanya sebagian besar waktunya habis untuk mematut/merias dirinya. Tiap pagi dia turun dari kamarnya di lantai atas untuk sarapan, terus mandi kemudian mulai me-make up dirinya. Menurut alam pikirannya dia berada pada masa 25 tahun ke belakang ketika sedang tour bersama suaminya. Rumahku dianggapnya hotel yang dia tinggali selagi tour. Berkali-kali kita harus mencegatnya di pintu depan, yang katanya mau keluar hotel dulu keliling kota.
Cerita selanjutnya, kita sudah terbiasa dengan segala kerepotan mengurusi nenek pikun. Sampai suatu hari segala tanggung jawab menjaga nenek tertumpah semuanya kepadaku. Aku baru saja pulang dari rumah Yanti, pacarku. Lama-lama kepingin juga merasakan vagina perawan. Usiaku saat itu 19 tahun. Yanti sudah mau saat kuajak ke pangandaran liburan ini. Wah.. pokoknya pikiranku sudah penuh dengan vagina perawannya yanti.
Baru saja aku masuk rumah, ayah sudah memanggilku lalu ngomong, seperti sudah direncanakan ayah dan ibuku akan menghadiri pernikahan anak kliennya di Singapora selama seminggu, tapi Mbak Wien suster nenekku mendadak pulang kampung karena ibunya meninggal. jadinya sebagai orang satu-satunya di rumah aku yang harus menjaga nenek sendirian.
Kesel sekali hatiku, hancur deh liburanku tapi mau gimana lagi, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena keadaanya mendesak. Meskipun di depan ayahku manggut-manggut tapi hatiku gondok sekali. Gagal total bulan maduku bersama Yanti, padahal sudah kurencanakan masak-masak.
Untuk persiapan menjaga nenek 24 jam setiap hari dalam seminggu, aku beli makanan dan minumana secukupnya, dan tidak lupa aku sewa VCD porno banyak sekali. Ayah dan ibuku berangkat setelah makan siang sementara Mbak Wien sudah berangkat sejak kemaren sore.
Aku cek nenek di kamarnya, kemudian aku ke ruang tengah nonton VDC sambil makan makanan kecil. Tak terasa waktu sudah sore dan hampir gelap, karena kebanyakan nonton VCD porno, aku jadi horny sekali, apalagi ingat Yanti, wah.. kapalaku serasa mau pecah karena menahan nafsu. Akhirnya aku kocok-kocok sendiri penisku. Aku masih duduk di depan TV sambil mengocok penisku ketika kulihat nenek turun dari kamarnya. Wow..!, cantiknya... Dia memakai gaun malam warna biru yang ketat sehingga tampak semakin seksi, rambutnya tertata rapi, sepertinya butuh waktu yang cukup lama untuk merias dirinya seperti itu. Kulihat penampilan nenek malam itu sangat istimewa.
"Saya akan pergi makan malam bersama suami saya", katanya, sambil ngeloyor menuju pintu depan.
Tadinya akan kubiarkan saja dia pergi. Tapi kuurungkan niatku itu, kiamat tuh kalau sampai nenek hilang, cepat kuhampiri dan kupegang tangannya.
"Lepaskan aku anak muda", katanya marah.
"Akan kulaporkan kamu kepada pimpinan hotel ini."
Sambil berkata begitu, dia menepiskan tangannya sambil tetap mencoba melangkah ke pintu depan. Untung tangannya kupegang kuat sekali. Kucoba memberikan penjelasan, seperti yang sudah-sudah tapi tidak berhasil. Alam pikirannya masih tentang dunia masa lalunya dan tak pernah mengenali lagi alam nyata sekarang ini.
Secara tiba-tiba dia meronta kuat sekali dan terlepas dari peganganku. Kemudian berlari ke arah pintu depan. Secepat kilat aku mengejarnya. Kukunci pintu depan. Setengah kuseret kutarik nenek kembali ke kamarnya. Sambil menaiki tangga dia ngomel-ngomel sambil mukuli punggungku. Biasanya kubujuk dia sambil meladeni ocehannya tentunya sambil berpura-pura jadi orang pikun juga. Tapi kali ini lagi nggak mood, berhubung aku masih dongkol dan nggerundel.
Begitu sampai di kamarnya, dengan agak keras kudorong dia ke tempat tidurnya. Karena kudorong tiba-tiba dia agak terjengkang kemudian terguling di ranjangnya sambil kedua kakinya terangkat ke atas. Ketika itulah gaun bawahnya melorot sampai pinggangnya. Ketika itu kulihat celana dalam nenek berwarna hitam, kakinya masih padat dan putih mulus, para pembaca juga nggak bakalan nyangka kalau itu paha manula.
"Keterlaluan", tangisnya. "Aku akan laporkan kamu sama manajemen hotel ini", katanya lagi sambil merapikan bajunya. Aku tidak tahu apa yang terjadi, mungkin karena sedang horny berat. Kutarik lagi bajunya sambil kucoba melepaskan ke atas melalui kepalanya. Setelah itu tanganku merayap ke bawah lagi, Kutarik celana dalamnya perlahan-lahan sampai akhirnya lepas di ujung kakinya.
Nenek kelihatannya shock beberapa saat dan hanya diam terbaring di ranjangnya. Aku berdiri sambil terus perhatikan vaginanya. Penisku sudah keras sekali, apalagi bayanganku tentang rencana liburan bersama Yanti berkecamuk lagi. Cepat-cepat kubuka seluruh pakaianku, kemudian naik ke atas ranjang. Aku berlutut diantara kedua kakinya. Tanganku mulai mengelus-elus pahanya, kemudian perlahan-lahan kuelus vaginanya. Ooohh.. tubuhku bagaikan dialiri strum ratusan watt, menggelepar-gelepar sambil leherku tercekat menelan ludah.
Meskipun sudah pikun, sepertinya dia mulai menyadari apa yang sedang terjadi. Dia berusaha melepaskan diri. Kudekap dia erat-erat. Dia meronta-ronta minta dilepaskan ketika kutindih tubuhnya. Sambil tangan kananku mendekapnya, kupegang penisku dengan tangan kiri, lalu kuarahkan dan kutempelkan di bibir vaginanya lalu perlahan-lahan mulai kutekan.
Dia mengerang. Mula-mula kugenjot pelan sekali. Kudorong semakin dalam setiap kali kutekan. "Ooohh.. eeenak sekali". Vaginanya semakin basah. Tiba-tiba tangannya terlepas kemudian menarik kepalaku, dan menciumku dengan sangat dalam sekali.
"Oh Mas Satro..! Aku selalu mencintaimu", diantara desahannya sambil menangis.
Dalam fikiranya dia sedang bersetubuh dengan suaminya (kakekku).
"Aku minta dari belakang seperti yang biasa kita lakukan", dia memohon.
Kulonggarkan dekapanku dan kubiarkan dia berbalik kemudian nungging. Kuarahkan penisku ke vaginanya.
"Ooohh.. ssshhh", semakin nikmat, sepertinya semakin sempit dan menjepit. Kita bersenggama dengan doggy style. Setiap kali kugenjot dan kudorong dia mengerang dan mendesah serta tubuhnya mengejang-ngejang.
"Oh Mas Sastroo..! aku mau kellluarhhh.. shhh.."
Kita orgasme secara bersamaan. Kutekan dalam sekali dan kusemprtokan seluruh air maniku sampai ke dasar-dasarnya. Kita berbaring kelelahan beberapa saat. Tiba-tiba tangannya mengelus-elus penisku. "Oh.. shhh" aku tegang lagi. Kuraba dan kuelus seluruh lekuk tubuhnya BH-nya yang berwarna hitam kulepaskan dan kini semua pakaianya teronggok di lantai, kita betul-betul bugil saat itu. Kamipun bersetubuh lagi. Bermacam-macam gaya kami praktekkan hari itu hingga aku merasa puas menyetubuhi nenekku sendiri. Kejadian itu berlangsung hingga seminggu sampai orang tuaku kembali dari Singapura. Setelah kedua orang tuaku kembali dari Singapura saya tidak pernah lagi menyetubuhi nenekku tapi sebagai gantinya aku setubuhi Yanti, pacarku.